Pariwisata sebagai Salah
Satu Sumber Pendapatan Negara
dalam
Rangka Pembangunan Ekonomi
Nasional
Semua
orang pasti ingin menikmati pemandangan yang indah, baik di negaranya sendiri
maupun di Negara orang lain. Mereka selalu mencari kepuasan tersendiri dalam
memilih tempat wisata. Ada yang suka ke gunung, ke laut, ke hutan, ke tempat
bersejarah, ataupun ke taman bermain.
Lalu
apakah guna pariwisata? Pariwisata sangat berguna bagi suatu Negara, misalnya
dalam segi pendapatan Negara dalam rangka pembangunan ekonomi nasional.
Tidak
jarang terdengar di antara masyarakat umum pun berbincang atau menulis tentang
manfaat pariwisata bagi kesejahteraan ekonomi. Namun sampai sejauh mana
pemahaman dan pernyataan mereka itu mempengaruhi sikap, perilaku dan perbuatan
mereka, dalam kegiatan sehari-hari, yang mendukung berkembangnya
kepariwisataan di Indonesia, belum banyak menunjukkan kenyataan.
Hal
itu agaknya terbukti dari lambatnya pertumbuhan kepariwisataan, khususnya laju
pertumbuhan wisatawan mancanegara (wisman) di tanah air dibanding dengan
negara-negara tetangga sesama anggota ASEAN.
Dengan
adanya pariwisata, pasti banyak pula orang yang tertarik untuk melihat tempat
wisata tersebut. Apalagi di Indonesia, mungkin tanpa kita sadari kita memiliki
banyak tempat/sarana wisata yang tersebar di seluruh penjuru tanah air, dari
Sabang sampai Merauke..
Tetapi
apakah kita sebagai masyarakat Indonesia tahu apa saja tempat wisata yang kita
miliki? Mungkin kita hanya tau yang sudah terekspos saja, misalnya Pantai Kuta
di Pulau Bali, Pantai Lombok, Danau Toba, Tangkuban Perahu, Monas, Pulau Komodo
dan tempat wisata besar yang lainnya. Lalu bagaimana dengan tempat wisata lain
yang terpencil seperti Pulau Wakatobi ?
Sudah
selayaknya kita sebagai Warga Negara Indonesia mengetahui dan menguasai apa
saja pariwisata yang kita punya. Untuk apa? Dengan kita mengetahui lebih banyak
apa yang ada di Indonesia dan dengan pengetahuan yang kita punya, kita dapat dengan mudah menarik perhatian
turis asing yang hendak berkunjung ke Indonesia.
Kenyataan
membuktikan, banyak hotel sudah dibangun di Daerah Tujuan Wisata (DTW), namun
tanpa dukungan pembenahan atraksinya, apalagi dengan kurangnya dukungan
aksesibilitas, telah mengakibatkan investasi yang dilakukan tidak mencapai
hasil yang diharapkan, bahkan gagal.
Pemahaman
tentang manfaat kepariwisataan (mancanegara maupun nusantara), dalam banyak
hal, diwujudkan dalam bentuk “investasi”, khususnya bidang usaha perhotelan,
restoran dan sejenisnya (bar, cafe dsb.), mengingat beberapa hal, pertama-tama
bahwa bidang usaha itu memberikan prospek penghasilan yang “instan” (dinilai
sebagai revenue center) dibanding dengan investasi dalam bidang lainnya seperti
obyek dan atraksi wisata yang cenderung lebih banyak dinilai sebagai “pos
biaya” (cost center), begitu pun bidang biro perjalanan yang tidak mendapat
akses kredit dari bank.
Hal
kedua yang memberikan petunjuk bahwa bidang perhotelan dinilai lebih menarik
daripada bidang lainnya, adalah kecenderungan calon mahasiswa pada akademi,
atau lembaga pendidikan tinggi kepariwisataan, lebih banyak yang memilih bidang
studi perhotelan ketimbang biro perjalanan dan bina wisata. Agaknya ada
pandangan yang salah kaprah tentang “ilmu manajemen biro perjalanan” yang
“dianggap” tidak perlu dipelajari di tingkat pendidikan tinggi, atau kurang
menarik untuk segera memperoleh pekerjaan seusai pendidikannya.
Tetapi terkadang
pendapatan ekonomi yang di terima dari pariwisata bisa dibilang rendah.
Mengapa? Hal ini terjadi karena beberapa factor, yaitu:
1.
Kurangnya promosi dari
kedutaan
Terkadang
kedutaan kurang memberitahukan kepada Negara luar tentang tempat wisata apa
sajakah yang dimiliki Indonesia sehingga mungkin banyak juga Turis asing atau
pun Turis Lokal yang tidak tahu tempat wisata yang berada di lingkungan yang
terpencil. Yang mereka tahu hanya tempat wisata yang sudah terkenal saja. Turis
local saja mungkin tidak tahu, bagaimana dengan turis asing?
2.
Mempersulit Turis
Pernah
ada suatu cerita di Danau Toba tentang studi kasus ini, yaitu ada seorang turis
yang sedang melakukan perjalanan liburannya ke Danau Toba. Ia pun berangkat
menuju Pulau Samosir (Pulau yang terletak di tengah Danau Toba). Dan ternyata
saat di Pulau Samosir tersebut, sang turis di cegat oleh seorang petugas yang
berada disana. Petugas itu mengganggu turis dengan meminta dan mengecek
passport nya. Dan secara otomatis, turis tersebut akan merasa terganggu dengan
pemeriksaan yang tiba-tiba dari sang petugas. Bisa saja hal ini membuat sang
turis menyesal telah datang ke Pulau tersebut karena merasa terganggu akibat
ulah sang petugas. Alangkah baik nya bila semua orang memikirkan hal ini dan
mengambil kebijaksanaan dalam menyikapinya ..
3.
Tidak menyediakan
sarana wisata yang baik
Sarana
wisata di Indonesia kadang tidak di hiraukan oleh masyarakat setempat, jarang
sekali tempat wisata yang di jaga kealamian dan keutuhannya. Ada saja bangunan
yang di coret-coret, tidak terurus dengan banyaknya semak belukar, menjarah
tempat bersejarah dan membuang sampah sembarangan. Hal ini akan membuat para
wisatawan kurang puas Mereka datang untuk menikmati keindahan pariwisata yang
ada di Indonesia. Dan seharusnya, tidak membuat mereka kecewa. Padahal, kalau
kita menjaga tempat wisata, pasti pariwisata di Indonesia akan jauh lebih indah
lagi. So, mari kita lestarikan apa yang kita punya untuk kepentingan Negara
Indonesia.
Adapun
kepariwisataan sebagai stimulan kegiatan ekonomi dapat dibuktikan dengan adanya
penerimaan devisa yang dibayarkan wisman kepada hotel, biro perjalanan,
angkutan umum, restoran dan sebagainya memberikan dampak ekonomi yang lebih
luas, sebutlah pembayaran gaji pegawai hotel, pembayaran listrik, pembayaran
telepon, pembayaran supplier sayur mayur, buah-buahan, telor, daging,
rempah-rempah dsb., yang secara nyata dinikmati atau diterima bukan saja oleh
kalangan pariwisata, melainkan juga kalangan petani dan peternak (kaum
marginal) yang menghasilkan jumlah penghasilan pariwisata yang berlipat ganda
dalam kontribusi terhadap pendapatan nasional, yang disebut sebagai multiplier
effect.
Sudah
saatnya masyarakat Indonesia sadar betapa pentingnya peranan pariwisata bagi
pendapatan Negara dalam rangka pembangunan ekonomi nasional. Pariwisata hanya
dipandang sebelah mata oleh orang banyak! Apakah ini termasuk kesalahan
management yang pucuk pimpinannya hanya paham cara mengatur ekonomi makro saja
tanpa menyadari kegiatan mikro yang juga jauh lebih menguntungkan??
Marilah
kita pelihara dan jaga pariwisata yang kita punya, untuk kepentingan diri
sendiri maupun kepentingan Pembangunan Ekonomi Nasional.
0 komentar:
Posting Komentar