Senin, 24 Maret 2014

Geografi Pariwisata

Pariwisata  sebagai  Salah  Satu  Sumber  Pendapatan Negara 
dalam  Rangka  Pembangunan  Ekonomi  Nasional

Semua orang pasti ingin menikmati pemandangan yang indah, baik di negaranya sendiri maupun di Negara orang lain. Mereka selalu mencari kepuasan tersendiri dalam memilih tempat wisata. Ada yang suka ke gunung, ke laut, ke hutan, ke tempat bersejarah, ataupun ke taman bermain.
Lalu apakah guna pariwisata? Pariwisata sangat berguna bagi suatu Negara, misalnya dalam segi pendapatan Negara dalam rangka pembangunan ekonomi nasional.
Tidak jarang terdengar di antara masyarakat umum pun berbincang atau menulis tentang manfaat pariwisata bagi kesejahteraan ekonomi. Namun sampai sejauh mana pemahaman dan pernyataan mereka itu mempengaruhi sikap, perilaku dan perbuatan mereka, dalam kegiatan sehari-hari, yang mendukung berkembangnya kepariwisataan di Indonesia, belum banyak menunjukkan kenyataan.
Hal itu agaknya terbukti dari lambatnya pertumbuhan kepariwisataan, khususnya laju pertumbuhan wisatawan mancanegara (wisman) di tanah air dibanding dengan negara-negara tetangga sesama anggota ASEAN.
Dengan adanya pariwisata, pasti banyak pula orang yang tertarik untuk melihat tempat wisata tersebut. Apalagi di Indonesia, mungkin tanpa kita sadari kita memiliki banyak tempat/sarana wisata yang tersebar di seluruh penjuru tanah air, dari Sabang sampai Merauke..
Tetapi apakah kita sebagai masyarakat Indonesia tahu apa saja tempat wisata yang kita miliki? Mungkin kita hanya tau yang sudah terekspos saja, misalnya Pantai Kuta di Pulau Bali, Pantai Lombok, Danau Toba, Tangkuban Perahu, Monas, Pulau Komodo dan tempat wisata besar yang lainnya. Lalu bagaimana dengan tempat wisata lain yang terpencil seperti Pulau Wakatobi ?
Sudah selayaknya kita sebagai Warga Negara Indonesia mengetahui dan menguasai apa saja pariwisata yang kita punya. Untuk apa? Dengan kita mengetahui lebih banyak apa yang ada di Indonesia dan dengan pengetahuan yang kita punya,  kita dapat dengan mudah menarik perhatian turis asing yang hendak berkunjung ke Indonesia.
Kenyataan membuktikan, banyak hotel sudah dibangun di Daerah Tujuan Wisata (DTW), namun tanpa dukungan pembenahan atraksinya, apalagi dengan kurangnya dukungan aksesibilitas, telah mengakibatkan investasi yang dilakukan tidak mencapai hasil yang diharapkan, bahkan gagal.
Pemahaman tentang manfaat kepariwisataan (mancanegara maupun nusantara), dalam banyak hal, diwujudkan dalam bentuk “investasi”, khususnya bidang usaha perhotelan, restoran dan sejenisnya (bar, cafe dsb.), mengingat beberapa hal, pertama-tama bahwa bidang usaha itu memberikan prospek penghasilan yang “instan” (dinilai sebagai revenue center) dibanding dengan investasi dalam bidang lainnya seperti obyek dan atraksi wisata yang cenderung lebih banyak dinilai sebagai “pos biaya” (cost center), begitu pun bidang biro perjalanan yang tidak mendapat akses kredit dari bank.
Hal kedua yang memberikan petunjuk bahwa bidang perhotelan dinilai lebih menarik daripada bidang lainnya, adalah kecenderungan calon mahasiswa pada akademi, atau lembaga pendidikan tinggi kepariwisataan, lebih banyak yang memilih bidang studi perhotelan ketimbang biro perjalanan dan bina wisata. Agaknya ada pandangan yang salah kaprah tentang “ilmu manajemen biro perjalanan” yang “dianggap” tidak perlu dipelajari di tingkat pendidikan tinggi, atau kurang menarik untuk segera memperoleh pekerjaan seusai pendidikannya.
Tetapi terkadang pendapatan ekonomi yang di terima dari pariwisata bisa dibilang rendah. Mengapa? Hal ini terjadi karena beberapa factor, yaitu:
1.      Kurangnya promosi dari kedutaan
Terkadang kedutaan kurang memberitahukan kepada Negara luar tentang tempat wisata apa sajakah yang dimiliki Indonesia sehingga mungkin banyak juga Turis asing atau pun Turis Lokal yang tidak tahu tempat wisata yang berada di lingkungan yang terpencil. Yang mereka tahu hanya tempat wisata yang sudah terkenal saja. Turis local saja mungkin tidak tahu, bagaimana dengan turis asing?

2.      Mempersulit Turis
Pernah ada suatu cerita di Danau Toba tentang studi kasus ini, yaitu ada seorang turis yang sedang melakukan perjalanan liburannya ke Danau Toba. Ia pun berangkat menuju Pulau Samosir (Pulau yang terletak di tengah Danau Toba). Dan ternyata saat di Pulau Samosir tersebut, sang turis di cegat oleh seorang petugas yang berada disana. Petugas itu mengganggu turis dengan meminta dan mengecek passport nya. Dan secara otomatis, turis tersebut akan merasa terganggu dengan pemeriksaan yang tiba-tiba dari sang petugas. Bisa saja hal ini membuat sang turis menyesal telah datang ke Pulau tersebut karena merasa terganggu akibat ulah sang petugas. Alangkah baik nya bila semua orang memikirkan hal ini dan mengambil kebijaksanaan dalam menyikapinya ..

3.      Tidak menyediakan sarana wisata yang baik
Sarana wisata di Indonesia kadang tidak di hiraukan oleh masyarakat setempat, jarang sekali tempat wisata yang di jaga kealamian dan keutuhannya. Ada saja bangunan yang di coret-coret, tidak terurus dengan banyaknya semak belukar, menjarah tempat bersejarah dan membuang sampah sembarangan. Hal ini akan membuat para wisatawan kurang puas Mereka datang untuk menikmati keindahan pariwisata yang ada di Indonesia. Dan seharusnya, tidak membuat mereka kecewa. Padahal, kalau kita menjaga tempat wisata, pasti pariwisata di Indonesia akan jauh lebih indah lagi. So, mari kita lestarikan apa yang kita punya untuk kepentingan Negara Indonesia.
Adapun kepariwisataan sebagai stimulan kegiatan ekonomi dapat dibuktikan dengan adanya penerimaan devisa yang dibayarkan wisman kepada hotel, biro perjalanan, angkutan umum, restoran dan sebagainya memberikan dampak ekonomi yang lebih luas, sebutlah pembayaran gaji pegawai hotel, pembayaran listrik, pembayaran telepon, pembayaran supplier sayur mayur, buah-buahan, telor, daging, rempah-rempah dsb., yang secara nyata dinikmati atau diterima bukan saja oleh kalangan pariwisata, melainkan juga kalangan petani dan peternak (kaum marginal) yang menghasilkan jumlah penghasilan pariwisata yang berlipat ganda dalam kontribusi terhadap pendapatan nasional, yang disebut sebagai multiplier effect.
Sudah saatnya masyarakat Indonesia sadar betapa pentingnya peranan pariwisata bagi pendapatan Negara dalam rangka pembangunan ekonomi nasional. Pariwisata hanya dipandang sebelah mata oleh orang banyak! Apakah ini termasuk kesalahan management yang pucuk pimpinannya hanya paham cara mengatur ekonomi makro saja tanpa menyadari kegiatan mikro yang juga jauh lebih menguntungkan??

Marilah kita pelihara dan jaga pariwisata yang kita punya, untuk kepentingan diri sendiri maupun kepentingan Pembangunan Ekonomi Nasional.

0 komentar:

Posting Komentar