Pages - Menu

Senin, 24 Maret 2014

Sejarah Pergerakan Nasional

BAB I
PENDAHULUAN

A.  Latar Belakang Masalah
Mempelajari kembali masa silam, ibarat bercemin di depan “kaca benggala”. Dengan membaca masa silam, orang akan mengetahui makna dan hikmah setiap peristiwa yang telah berlalu. Sebagai fakta-fakta sejarah, apa yang telah menjadi bagian dari masa silam tidak dapat di ulang. Tetapi dari sana kita dapat memetik pelajaran berharga, yang dapat di jadikan batu loncatan menuju masa depan yang lebih baik.
Filosofi itulah yang mendorong kami untuk menekuni sejarah masa lalu, khususnya tentang “Sejarah Awal Perkumpulan Organisasi Gerakan Pemuda Indonesia”.
Makalah ini akan menguraikan perihal peran dan tanggung jawab pemuda Indonesia dalam komitmennya menjaga persatuan dan kesatuan bangsa, serta sikap, komitmen, dan keberpihakan pemuda Indonesia kepada masyarakat. Dalam makalah ini juga akan membahas periodisasi kepemimpinan pemuda Indonesia dari masa pergerakan nasional hingga sekarang, serta permasalahan yang dihadapi dan jalan keluar yang dilakukan sebagai upaya untuk memperkuat jati diri dan profesionalisme kepemimpinan pemuda Indonesia di masa yang akan datang.
Sebelum Indonesia merdeka, negara kita memiliki berbagai organisasi kepemudaan yang beranggotakan para pemuda-pemudi Indonesia baik yang bersifat nasional maupun yang kedaerahan. Perkumpulan pemuda di Indonesia tersebut diantaranya adalah Trikhoro Darmo, Jong Sumatra Bond, Perhimpunan Pelajar-Pelajar Indonesia, Jong Indonesia, Indonesia Muda, Organisasi Perkumpulan Daerah dan Karang Taruna.



B.  Rumusan Masalah
1.    Apa saja organisasi-organisasi gerakan pemuda di Indonesia?
2.                     Kapan saja berdirinya organisasi-organisasi gerakan pemuda di Indonesia?
3.                     Siapa sajakah pendiri organisasi-organisasi pemuda di Indonesia?
4.                     Dimana sajakah organisasi-organisasi pemuda di Indonesia di dirikan?
5.                     Kenapa organisasi-organisasi pemuda di Indonesia didirikan?
6.                     Bagaimana sejarah organisasi-organisasi gerakan pemuda di Indonesia?

C.  Tujuan Penulisan
1.        Mengetahui apa saja organisasi-organisasi pemuda di Indonesia.
2.        Mengetahui kapan saja organisasi-organisasi pemuda di Indonesia berdiri.
3.        Mengetahui siapa sajakah tokoh pendiri organisai-organisasi pemuda di Indonesia.
4.        Mengetahui dimana sajakah organisasi-organisasi pemuda di Indonesi itu didirikan.
5.        Mengetahui faktor-faktor penyebab didirikannya organisasi-organisasi pemuda di Indonesia.
6.        Mengetahui sejarah tentang organisasi-organisai pemuda di Indonesia.









BAB II
PEMBAHASAN
1.    Tri Khoro Darmo
Jong Java adalah suatu organisasi kepemudaan yang didirikan oleh Satiman Wirjosandjojo di Gedung STOVIA pada tanggal 7 Maret, 1915 dengan nama awal Tri Koro Dharmo (TKD). Perkumpulan pemuda ini didirikannya karena banyak pemuda yang menganggap bahwa Boedi Oetomo dianggap sebagai organisasi elite.
Pada saat didirikan, ketuanya adalah Dr. Satiman Wirjosandjojo, dengan wakil ketua Wongsonegoro, sekretaris Sutomo dan anggotanya Muslich, Mosodo dan Abdul Rahman. TKD bertujuan untuk mempersatukan para pelajar pribumi, menyuburkan minat pada kesenian dan bahasa nasional serta memajukan pengetahuan umum untuk anggotanya. Hal ini dilakukan antara lain dengan menyelenggarakan berbagai pertemuan dan kursus, mendirikan lembaga yang memberi beasiswa, menyelenggarakan berbagai pertunjukan kesenian, serta menerbitkan majalah Tri Koro Dharmo.
TKD berubah menjadi Jong Java pada 12 Juni, 1918 dalam kongres I-nya yang diadakan di Solo, yang dimaksudkan untuk bisa merangkul para pemuda dari Sunda, Madura dan Bali. Bahkan tiga tahun kemudian atau di tahun 1921 terbersit ide untuk menggabungkan Jong Java dengan Jong Sumatranen Bond, namun upaya ini tidak berhasil.
Oleh karena jumlah murid-murid Jawa merupakan anggota terbanyak, maka perkumpulan ini tetap bersifat Jawa dan terlihat dalam kongres II yang diadakan di Yogyakarta pada tahun 1919 yang dihadiri oleh sedikit anggota yang tidak berbahasa Jawa. Namun dalam kongres ini dibicarakan beberapa hal besar antara lain:
a.    Milisi untuk bangsa Indonesia
b.    Mengubah bahasa Jawa menjadi lebih demokratis
c.    Perguruan tinggi
d.   Kedudukan wanita Sunda
e.    Sejarah tanah Sunda dan
f.       Arti pendirian nasional Jawa dalam pergerakan rakyat
Pada pertengahan tahun 1920 diadakan kongres III di Solo, Jawa Tengah dan pada pertengahan tahun 1921 diadakan kongres ke-IV di Bandung, Jawa Barat. Dalam kedua kongres tersebut, bertujuan untuk membangunkan cita-cita Jawa Raya dan mengembangkan rasa persatuan di antara suku-suku bangsa di Indonesia.
Dalam semua kongres yang pernah diadakan, perkumpulan ini tidak akan ikut serta dalam aksi politik, dimana hal ini ditegaskan dalam kongresnya yang ke-V, pada tahun 1922 di Solo, Jawa Tengah, bahwa perkumpulan ini tidak akan mencampuri politik ataupun aksi politik.
Namun pada kenyataannya perkumpulan ini mendapatkan pengaruh politik yang cukup kuat yang datang dari Serikat Islam (SI) di bawah pimpinan Haji Agus Salim. Dalam kongresnya di tahun 1924, pengaruh SI semakin terasa sehingga mengakibatkan beberapa tokoh yang berpegang teguh pada asas agama Islam akhirnya keluar dari perkumpulan ini dan membentuk Jong Islamieten Bond (JIB).
Pada tahun 1925 wawasan organisasi ini kian meluas, menyerap gagasan persatuan Indonesia dan pencapaian Indonesia merdeka. Pada tahun 1928, organisasi ini siap bergabung dengan organisasi kepemudaan lainnya dan ketuanya R. Koentjoro Poerbopranoto, menegaskan kepada anggota bahwa pembubaran Jong Java, semata-mata demi tanah air. Oleh karena itu, maka terhitung sejak tanggal 27 Desember, 1929, Jong Javapun bergabung dengan Indonesia Moeda


2.    Jong Sumtra Bond
Jong Sumatranen Bond (JSB) adalah perkumpulan yang bertujuan untuk mempererat hubungan di antara murid-murid yang berasal dari Sumatra, mendidik pemuda Sumatra untuk menjadi pemimpin bangsa serta mempelajari dan mengembangkan budaya Sumatra. Perkumpulan ini didirikan pada tanggal 9 Desember 1917 di Jakarta. JSB memiliki enam cabang, empat di Jawa dan dua di Sumatra, yakni di Padang dan Bukittinggi. Beberapa tahun kemudian, para pemuda Batak keluar dari perkumpulan ini dikarenakan dominasi pemuda Minangkabau dalam kepengurusannya. Para pemuda Batak ini membentuk perkumpulan sendiri, Jong Batak.
Kelahiran JSB pada mulanya banyak diragukan orang. Salah satu diantaranya ialah redaktur surat kabar Tjaja Sumatra, Said Ali, yang mengatakan bahwa Sumatra belum matang bagi sebuah politik dan umum. Tanpa menghiraukan suara-suara miring itu, anak-anak Sumatra tetap mendirikan perkumpulan sendiri. Kaum tua di Minangkabau menentang pergerakan yang dimotori oleh kaum muda ini. Mereka menganggap gerakan modern JSB sebagai ancaman bagi adat Minang. Aktivis JSB, Bahder Djohan menyorot perbedaan persepsi antara dua generasi ini pada edisi perdana Jong Sumatra.
Surat kabar Jong Sumatra terbit pertama kali pada bulan Januari 1918. Dengan jargon Organ van Den Jong Sumatranen Bond, surat kabar ini terbit secara berkala dan tidak tetap, kadang bulanan, kadang triwulan, bahkan pernah terbit setahun sekali. Bahasa Belanda merupakan bahasa mayoritas yang digunakan kendati ada juga artikel yang memakai bahasa Melayu. Jong Sumatra dicetak di Weltevreden, Batavia, sekaligus pula kantor redaksi dan administrasinya.
Mulanya, dewan redaksi Jong Sumatra juga merupakan pengurus (centraal hoofbestuur) JSB. Mereka itu adalah Tengkoe Mansyur (ketua), A. Munir Nasution (wakil ketua), Mohamad Anas (sekretaris I), Amir (sekretaris II), dan Marzoeki (bendahara), serta dibantu beberapa nama lain. Keredaksian Jong Sumatra dipegang oleh Amir, sedangkan administrasi ditangani Roeslie. Mereka ini rata-rata adalah siswa atau alumni STOVIA serta sekolah pendidikan Belanda lainnya. Setelah beberapa edisi, keredaksian Jong Sumatra dipisahkan dari kepengurusan JSB meski tetap ada garis koordinasi. Pemimpin redaksi pertama adalah Mohammad Amir dan pemimpin perusahaan dijabat Bahder Djohan.
Surat kabar Jong Sumatra memainkan peranan penting sebagai media yang menjembatani segala bentuk reaksi atas konflik yang terjadi. Dalam Jong Sumatra edisi 12, th 1, Desember 1918, seseorang berinisial Lematang mempertanyakan kepentingan kaum adat. Sambutan positif juga datang dari Mohamad Anas, sekretaris JSB. Anas mengatakan dengan lantang bahwa bangsa Sumatra sudah mulai bangkit dari ketidurannya, dan sudah mulai memandang keperluan umum.
Sumatra memang dikenal banyak menghasilkan jago-jago pergerakan, dan banyak di antaranya yang mengawali karier organisasinya melalui JSB, seperti Mohammad Hatta dan Mohammad Yamin. Hatta adalah bendahara JSB di Padang 1916-1918. Kemudian ia menjadi pengurus JSB Batavia pada 1919 dan mulai mengurusi Jong Sumatra sejak 1920 hingga 1921. Selama di Jong Sumatra inilah Hatta banyak menuangkan segenap alam pikirannya, salah satunya lewat karangan berjudul “Hindiana” yang dimuat di Jong Sumatra no 5, th 3, 1920.
Sedangkan Mohammad Yamin adalah salah satu putra Sumatra yang paling dibanggakan. Karya-karyanya yang berupa esai ataupun sajak sempat merajai Jong Sumatra. Ia memimpin JSB pada 1926-1928 dan dengan aktif mendorong pemikiran tentang perlunya bahasa Indonesia digunakan sebagai bahasa persatuan. Kepekaan Yamin meraba pentingnya bahasa identitas sudah mulai terlihat dalam tulisannya di Jong Sumatra no 4, th 3, 1920. Jong Sumatra berperan penting dalam memperjuangkan pemakaian bahasa nasional, dengan menjadi media yang pertama kali mempublikasikan gagasan Yamin, mengenai bahasa Melayu sebagai bahasa persatuan.


3.    Perhimpunan Pelajar-Pelajar Indonesia
Perhimpoenan Peladjar-Peladjar Indonesia (Perhimpunan Pelajar-Pelajar Indonesia} atau (Belanda) Indonesische Studentbond adalah perhimpunan para pelajar Indonesia yang didirikan pada bulan September 1926 oleh para mahasiswa (Belanda) Rechts Hoogeschool (RHS), Sekolah Tinggi Hukum dan (Belanda) Technische Hoogeschool (THS), Sekolah Tinggi Teknik di Jakarta. Organisasi ini bermaksud untuk menyatukan perkumpulan pemuda yang saat itu ada di Indonesia. Organisasi ini sangat berpengaruh di kalangan pelajar, mengingat para anggotanya adalah mahasiswa THS, STOVIA dan RHS.
Organsisasi ini berpendapat bahwa persatuan Indonesia adalah senjata yang paling kuat dalam melawan Belanda. Karena itu, pandangan kedaerahan harus dihilangkan dengan menyatukan semua organisasi kepemudaan yang ada di Indonesia masa itu. Selain itu organisasi ini mulai terjun ke politik dan tidak pernah lupa untuk selalu belajar dengan rajin yang menimbulkan adanya semboyan Berjuang sambil belajar
4.    Jong Indonesia
Pada tanggal 31 Agustus 1926 disahkanlah anggaran dasar perhimpunan baru yang bernama Jong Indonesia, dengan tujuan menanamkan dan mewujudkan cita-cita persatuan seluruh Indonesia, dengan dasar nasionalisme menuju ke arah terwujudnya Indonesia Raya. Perhimpunan ini terlepas dari semua perkumpulan pemuda Indonesia, bersifat permanen dan diurus oleh satu komite atau dewan.
Usaha perhimpunan baru itu tidak dapat berbuah seperti yang diharapkan. Pada awal 1927 oleh Algemene Studie Club di kota Bandung didirikan perkumpulan pemuda yang juga dinamakan Jong Indonesia, kelak diganti dengan nama Pemuda Indonesia. Tujuan perkumpulan ini tidak banyak bedanya dengan Jong Indonesia, hanya susunannya berlainan, tidak berpolitik, tetapi anggota-anggota secara perorangan boleh. Ditetapkan pula bahwa bahasa Indonesia adalah bahasa resmi. Pemuda Indonesia bukan badan pusat semua persatuan perkumpulan pemuda.
5.    Indonesia muda
Indonesia Muda yang didirikan tahun 1930 merupakan organisasi pergerakan politik dengan semangat Sumpah Pemuda tahun 1928. Kebangkitan kembali organisasi Indonesia Muda tahun 1956 di Surakarta (embrio organisasi mulai terbentuk sejak tahun 1951 di Malang) masih tetap dengan semangat Sumpah Pemuda 1928, namun kiprahnya beralih di bidang olahraga dan kesenian. Organisasi Sepakbola Indonesia Muda pada tahun 1957 bermarkas di Salemba Tengah, Jakarta Pusat dan terdiri dari para pemain senior. Indonesia Muda Jakarta Selatan dibentuk sekitar tahun 1968 yang pada awalnya dibentuk untuk mewadahi potensi sepakbola anak usia 7 - 15 tahun atas gagasan dan upaya mantan Ketua Pengurus Besar Indonesia Muda Seluruh Indonesia (Almarhum Drs. Soerowo Abdoelmanap dan kawan-kawan).
Dalam Anggaran Dasar (AD) Indonesia Muda Bab V Pasal 14 menyebutkan bahwa organisasi Indonesia Muda memiliki lambang organisasi. Hal tersebut lebih dirinci kembali di dalam Anggaran Rumah Tangga (ART) Indonesia Muda Bab VII Pasal 42. Dalam pasal ini disebutkan bahwa setiap Cabang dan Seksi dalam organisasi Indonesia Muda wajib memiliki bendera Indonesia Muda. Bendera resmi Indonesia Muda berukuran 2,40 x 1,60 meter berwarna dasar putih dengan menempatkan lambang Indonesia Muda ditengah. Lambang Indonesia Muda adalah gambar sepasang sayap mengapit setangkai kuncup bunga. Di atas setangkai kuncup bunga terdapat tulisan "IM" dan pada tangkai kuncup bunga terdapat 3 buah lingkaran saling mengait. Di bawah sepasang sayap mengapit setangkai bunga teratai terdapat selempang pita bertuliskan “Indonesia Muda”.
Berdasarkan Surat Keputusan Pengurus Besar Indonesia Muda (SKPBIM No.0028/PB-IM/10-4/1976) yang diputuskan di Jakarta tanggal 1 Juni 1976, antara lain menetapkan lambang yang telah ada menjadi lambang organisasi secara tetap. Sekaligus menetapkan bentuk dan warna lambang Indonesia Muda sebagai berikut. Lambang Indonesia Muda berwarna dasar putih, gambar sepasang sayap berwarna merah. Di antara kedua sayap terdapat setangkai kuncup bunga berwarna hijau. Pada tangkainya terdapat tiga lingkaran berwarna merah. Di bawah sayap tercantum tulisan Indonesia Muda dalam sehelai pita, serta singkatan IM di atas kuncup bunga.
6.    Organisasi Perkumpulan Daerah
Setelah muncul jong jawa dan jong sumatra bond, maka bermunculanlah organisasi lokal kedaerahan lain seperti Jong Celebes, Jong Ambon, Jong Minahasa, dan lain sebagainya.
7.    Karang Taruna
Karang Taruna adalah organisasi kepemudaan di Indonesia. Karang Taruna merupakan wadah pengembangan generasi muda nonpartisan, yang tumbuh atas dasar kesadaran dan rasa tanggung jawab sosial dari, oleh dan untuk masyarakat khususnya generasi muda di wilayah Desa / Kelurahan atau komunitas sosial sederajat, yang terutama bergerak dibidang kesejahteraan sosial. Sebagai organisasi sosial kepemudaan Karang Taruna merupakan wadah pembinaan dan pengembangan serta pemberdayaan dalam upaya mengembangkan kegiatan ekonomis produktif dengan pendayagunaan semua potensi yang tersedia dilingkungan baik sumber daya manusia maupun sumber daya alam yang telah ada. Sebagai organisasi kepemudaan, Karang Taruna berpedoman pada Pedoman Dasar dan Pedoman Rumah Tangga dimana telah pula diatur tentang struktur penggurus dan masa jabatan dimasing-masing wilayah mulai dari Desa / Kelurahan sampai pada tingkat Nasional. Semua ini wujud dari pada regenerasi organisasi demi kelanjutan organisasi serta pembinaan anggota Karang Taruna baik dimasa sekarang maupun masa yang akan datang.
Karang Taruna beranggotakan pemuda dan pemudi (dalam AD/ART nya diatur keanggotaannya mulai dari pemuda/i berusia mulai dari 11 - 45 tahun) dan batasan sebagai Pengurus adalah berusia mulai 17 - 35tahun.
Karang Taruna didirikan dengan tujuan memberikan pembinaan dan pemberdayaan kepada para remaja, misalnya dalam bidang keorganisasian, ekonomi, olahraga, ketrampilan, advokasi, keagamaan dan kesenian.
Dalam sejarah perjuangan bangsa Indonesia, pemuda selalu menempati peran yang sangat strategis dari setiap peristiwa penting yang terjadi. Bahkan dapat dikatakan bahwa pemuda menjadi tulang punggung dari keutuhan perjuangan melawan penjajahan Belanda dan Jepang ketika itu. Peran tersebut juga tetap disandang oleh pemuda Indonesia hingga kini; selain sebagai pengontrol independen terhadap segala kebijakan yang dibuat oleh pemerintah dan penguasa, pemuda Indonesia juga secara aktif melakukan kritik, hingga mengganti pemerintahan apabila pemerintahan tersebut tidak lagi berpihak ke masyarakat. Hal ini dapat dilihat pada kasus jatuhnya Pemerintahan Soekarno oleh gerakan pemuda, yang tergabung dalam kesatuan-kesatuan aksi mahasiswa dan pemuda tahun 1966. hal yang sama juga dilakukan oleh pemuda dalam menumbangkan pemerintahan Soeharto 32 tahun kemudian. Peran yang disandang pemuda Indonesia sebagai agen perubahan (Agent of Change) dan agen kontrol social (Agent of Social Control) hingga saat ini masih sangat efektif dalam memposisikan peran pemuda Indonesia. Sebab, sebagai sebuah negara dengan wilayah yang besar dan pendidikan politik masyarakatnya yang relatif rendah, setiap pemerintahan yang berkuasa di Indonesia akan cenderung melakukan penyimpangan dalam setiap kebijakannya. Hal ini dimungkinkan karena masyarakat sebagai stakeholder Republik Indonesia secara politis belum cukup aktif dalam mengupayakan pengkontrolan terhadap kebijakan dan prilaku politik penguasanya, sehingga peran pemuda dalam hal ini menjadi sangat penting dalam menstimulus partisipasi politik rakyat dalam upaya mengontrol setiap kebijakan yang dibuat penguasa.
Pasca Pemerintahan Orde Baru yang dipimpin oleh Soeharto tumbang, peran dan tanggung jawab pemuda Indonesia jauh lebih kompleks. Karena transisi demokrasi menjadi salah satu agenda yang penting untuk dikawal. Sebagai negara yang tengah menjalani peralihan dari negara otoriter-militeristik ke negara yang menganut sistem demokrasi, Indonesia sangat rawan dengan konflik. Konflik yang paling kentara adalah konflik horizontal, konflik antara masyarakat dengan kelompok masyarakat yang lain. Selama kurun waktu dari 1998 hingga 2001, konflik horizontal menjadi pekerjaan rumah pemerintah Indonesia, dan tentu saja pemuda Indonesia menuntut untuk segera dicarikan solusinya. Konflik yang terjadi di Poso, Sulawesi Tengah, Ambon, Maluku, di Kalimantan Barat dan Tengah, serta pergolakan daerah untuk menuntut pemerintahan sendiri seperti yang dilakukan oleh Gerakan Aceh Merdeka (GAM), dan Organisasi Papua Merdeka (OPM), dipicu oleh ketidaksiapan elit politik yang dulu mendukung pemerintahan Orde Baru dalam pengembangan sistem demokrasi yang menjadi pilihan rakyat Indonesia setelah 32 tahun lebih berada dibawah bayang-bayang pemerintah otoriter yang menindas.



















BAB III
PENUTUP

A.  Kesimpulan
Dari apa yang telah dipaparkan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa:
1.        Pergerakan nasional Indonesia muncul akibat kesatuan nasib yang ingin merdeka dan penderitaan rakyat Indonesia akibat penjajahan Belanda.
2.        Organisasi-organisasi pergerakan nasional muncul karena keinginan untuk memperjuangkan kemerdekaan bagi Indonesia.
3.        Kemerdekaan yang dicapai Indonesia saat ini tidak lepas dari perjuangan para tokoh ataupun organisasi-orgnisasi yang meluangkan semua pikiran dan tenaganya demi sebuah kemerdekaan Indonesia.


















DAFTAR PUSTAKA


  • Materu, Daeng, Sidky, Mohammad. 1985. Sejarah Pergerakan Nasional Bangsa
Indonesia, “Proklamasi”. Jakarta: Gunung Agung
q=organisasi+jong+indonesia&source=bl&ots=-ceK0KnATt&sig=loGeVl_WxveteL8Zb2V8xvfl3Yg&hl=id&sa=X&ei=gOd-T8eUE8zwrQfApND0BQ&ved=0CD0Q6AEwBQ#v=onepage&q=organisasi%20jong%20indonesia&f=false
·                                   http://www.kaskus.us/showthread.php?t=6323651
·                                   http://guruhyogakomara.blogspot.com/
·           http://organisasi.org/sejarah-awal-perkumpulan-organisasi-gerakan pemuda-indonesia-sejarah-pra-kemerdekaan-ri


Tidak ada komentar:

Posting Komentar