BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang Masalah
Mempelajari kembali masa silam, ibarat bercemin di
depan “kaca benggala”. Dengan membaca masa silam, orang akan mengetahui makna
dan hikmah setiap peristiwa yang telah berlalu. Sebagai fakta-fakta sejarah,
apa yang telah menjadi bagian dari masa silam tidak dapat di ulang. Tetapi dari
sana kita dapat memetik pelajaran berharga, yang dapat di jadikan batu loncatan
menuju masa depan yang lebih baik.
Filosofi itulah yang mendorong kami untuk menekuni
sejarah masa lalu, khususnya tentang “Sejarah Awal
Perkumpulan Organisasi Gerakan Pemuda Indonesia”.
Makalah ini akan menguraikan perihal peran dan tanggung jawab pemuda
Indonesia dalam komitmennya menjaga persatuan dan kesatuan bangsa, serta sikap,
komitmen, dan keberpihakan pemuda Indonesia kepada masyarakat. Dalam makalah
ini juga akan membahas periodisasi kepemimpinan pemuda Indonesia dari masa
pergerakan nasional hingga sekarang, serta permasalahan yang dihadapi dan jalan
keluar yang dilakukan sebagai upaya untuk memperkuat jati diri dan
profesionalisme kepemimpinan pemuda Indonesia di masa yang akan datang.
Sebelum
Indonesia merdeka, negara kita memiliki berbagai organisasi kepemudaan yang
beranggotakan para pemuda-pemudi Indonesia baik yang bersifat nasional maupun
yang kedaerahan. Perkumpulan pemuda di Indonesia tersebut diantaranya adalah Trikhoro Darmo, Jong
Sumatra Bond, Perhimpunan Pelajar-Pelajar Indonesia, Jong Indonesia, Indonesia
Muda, Organisasi Perkumpulan Daerah dan Karang Taruna.
B.
Rumusan
Masalah
1. Apa
saja organisasi-organisasi gerakan pemuda di Indonesia?
2.
Kapan saja berdirinya
organisasi-organisasi gerakan pemuda di Indonesia?
3.
Siapa sajakah pendiri
organisasi-organisasi pemuda di Indonesia?
4.
Dimana sajakah
organisasi-organisasi pemuda di Indonesia di dirikan?
5.
Kenapa
organisasi-organisasi pemuda di Indonesia didirikan?
6.
Bagaimana sejarah
organisasi-organisasi gerakan pemuda di Indonesia?
C.
Tujuan Penulisan
1.
Mengetahui apa saja
organisasi-organisasi pemuda di Indonesia.
2.
Mengetahui kapan saja
organisasi-organisasi pemuda di Indonesia berdiri.
3.
Mengetahui siapa
sajakah tokoh pendiri organisai-organisasi pemuda di Indonesia.
4.
Mengetahui dimana
sajakah organisasi-organisasi pemuda di Indonesi itu didirikan.
5.
Mengetahui
faktor-faktor penyebab didirikannya organisasi-organisasi pemuda di Indonesia.
6.
Mengetahui sejarah
tentang organisasi-organisai pemuda di Indonesia.
BAB II
PEMBAHASAN
1.
Tri Khoro Darmo
Jong Java adalah
suatu organisasi kepemudaan yang didirikan oleh Satiman Wirjosandjojo di Gedung STOVIA pada tanggal
7 Maret, 1915 dengan nama awal Tri
Koro Dharmo (TKD).
Perkumpulan pemuda ini didirikannya karena banyak pemuda yang menganggap bahwa Boedi
Oetomo dianggap sebagai organisasi elite.
Pada saat didirikan, ketuanya adalah Dr. Satiman Wirjosandjojo, dengan wakil ketua
Wongsonegoro,
sekretaris Sutomo
dan anggotanya Muslich, Mosodo dan Abdul
Rahman. TKD bertujuan untuk mempersatukan para pelajar pribumi, menyuburkan
minat pada kesenian dan bahasa nasional serta memajukan pengetahuan umum untuk
anggotanya. Hal ini dilakukan antara lain dengan menyelenggarakan berbagai
pertemuan dan kursus, mendirikan lembaga yang memberi beasiswa,
menyelenggarakan berbagai pertunjukan kesenian, serta menerbitkan majalah Tri
Koro Dharmo.
TKD berubah menjadi Jong Java
pada 12 Juni,
1918 dalam kongres
I-nya yang diadakan di Solo,
yang dimaksudkan untuk bisa merangkul para pemuda dari Sunda, Madura
dan Bali. Bahkan
tiga tahun kemudian atau di tahun 1921 terbersit ide untuk menggabungkan Jong Java dengan Jong Sumatranen Bond, namun upaya ini tidak
berhasil.
Oleh karena jumlah murid-murid Jawa merupakan anggota
terbanyak, maka perkumpulan ini tetap bersifat Jawa dan terlihat dalam kongres
II yang diadakan di Yogyakarta pada tahun 1919 yang dihadiri oleh
sedikit anggota yang tidak berbahasa Jawa. Namun dalam kongres ini dibicarakan
beberapa hal besar antara lain:
a.
Milisi untuk bangsa Indonesia
b.
Mengubah bahasa Jawa
menjadi lebih demokratis
c.
Perguruan tinggi
d.
Kedudukan wanita Sunda
e.
Sejarah tanah Sunda dan
f.
Arti pendirian nasional Jawa dalam pergerakan rakyat
Pada pertengahan tahun 1920 diadakan kongres III di Solo, Jawa Tengah
dan pada pertengahan tahun 1921 diadakan kongres ke-IV di Bandung, Jawa Barat.
Dalam kedua kongres tersebut, bertujuan untuk membangunkan cita-cita Jawa Raya dan mengembangkan
rasa persatuan di antara suku-suku bangsa di Indonesia.
Dalam semua kongres yang pernah diadakan, perkumpulan ini tidak akan
ikut serta dalam aksi politik, dimana hal ini ditegaskan dalam kongresnya yang
ke-V, pada tahun 1922
di Solo, Jawa Tengah,
bahwa perkumpulan ini tidak akan mencampuri politik ataupun aksi politik.
Namun pada kenyataannya perkumpulan ini mendapatkan pengaruh politik
yang cukup kuat yang datang dari Serikat
Islam (SI) di bawah
pimpinan Haji Agus Salim. Dalam kongresnya di tahun 1924, pengaruh SI semakin terasa sehingga
mengakibatkan beberapa tokoh yang berpegang teguh pada asas agama Islam akhirnya keluar
dari perkumpulan ini dan membentuk Jong Islamieten Bond
(JIB).
Pada tahun 1925
wawasan organisasi ini kian meluas, menyerap gagasan persatuan Indonesia dan
pencapaian Indonesia
merdeka. Pada tahun 1928,
organisasi ini siap bergabung dengan organisasi kepemudaan lainnya dan ketuanya
R. Koentjoro Poerbopranoto, menegaskan kepada anggota bahwa pembubaran Jong
Java, semata-mata demi tanah air. Oleh karena itu, maka terhitung sejak tanggal
27
Desember, 1929,
Jong Javapun bergabung dengan Indonesia Moeda
2.
Jong Sumtra Bond
Jong Sumatranen Bond (JSB) adalah perkumpulan yang bertujuan untuk mempererat hubungan di
antara murid-murid yang berasal dari Sumatra, mendidik
pemuda Sumatra untuk menjadi pemimpin bangsa serta mempelajari dan
mengembangkan budaya Sumatra. Perkumpulan ini didirikan pada tanggal 9 Desember
1917 di Jakarta. JSB
memiliki enam cabang, empat di Jawa dan dua di Sumatra, yakni di Padang dan Bukittinggi.
Beberapa tahun kemudian, para pemuda Batak keluar dari
perkumpulan ini dikarenakan dominasi pemuda Minangkabau
dalam kepengurusannya. Para pemuda Batak ini membentuk perkumpulan sendiri, Jong Batak.
Kelahiran JSB pada mulanya banyak diragukan orang. Salah satu
diantaranya ialah redaktur surat kabar Tjaja Sumatra, Said Ali, yang mengatakan
bahwa Sumatra belum matang bagi sebuah politik dan umum. Tanpa menghiraukan
suara-suara miring itu, anak-anak Sumatra tetap mendirikan perkumpulan sendiri.
Kaum tua di Minangkabau menentang pergerakan yang dimotori oleh kaum muda ini.
Mereka menganggap gerakan modern JSB sebagai ancaman bagi adat Minang. Aktivis
JSB, Bahder
Djohan menyorot perbedaan persepsi antara dua generasi ini pada edisi
perdana Jong Sumatra.
Surat kabar Jong Sumatra terbit pertama kali pada bulan Januari 1918.
Dengan jargon Organ van Den Jong Sumatranen Bond, surat kabar ini terbit
secara berkala dan tidak tetap, kadang bulanan, kadang triwulan, bahkan pernah
terbit setahun sekali. Bahasa Belanda merupakan bahasa mayoritas yang
digunakan kendati ada juga artikel yang memakai bahasa
Melayu. Jong Sumatra dicetak di Weltevreden,
Batavia,
sekaligus pula kantor redaksi dan administrasinya.
Mulanya, dewan redaksi Jong Sumatra juga merupakan pengurus (centraal
hoofbestuur) JSB. Mereka itu adalah Tengkoe Mansyur (ketua), A. Munir
Nasution (wakil ketua), Mohamad Anas (sekretaris I), Amir (sekretaris II), dan
Marzoeki (bendahara), serta dibantu beberapa nama lain. Keredaksian Jong
Sumatra dipegang oleh Amir, sedangkan administrasi ditangani Roeslie. Mereka
ini rata-rata adalah siswa atau alumni STOVIA serta
sekolah pendidikan Belanda lainnya. Setelah beberapa edisi, keredaksian Jong
Sumatra dipisahkan dari kepengurusan JSB meski tetap ada garis koordinasi. Pemimpin
redaksi pertama adalah Mohammad Amir dan pemimpin perusahaan dijabat Bahder
Djohan.
Surat kabar Jong Sumatra memainkan peranan penting sebagai media yang
menjembatani segala bentuk reaksi atas konflik yang terjadi. Dalam Jong Sumatra
edisi 12, th 1, Desember 1918, seseorang berinisial Lematang mempertanyakan
kepentingan kaum adat. Sambutan positif juga datang dari Mohamad Anas,
sekretaris JSB. Anas mengatakan dengan lantang bahwa bangsa Sumatra sudah mulai
bangkit dari ketidurannya, dan sudah mulai memandang keperluan umum.
Sumatra memang dikenal banyak menghasilkan jago-jago pergerakan, dan
banyak di antaranya yang mengawali karier organisasinya melalui JSB, seperti Mohammad
Hatta dan Mohammad Yamin. Hatta adalah bendahara JSB di Padang
1916-1918. Kemudian ia menjadi pengurus JSB Batavia pada 1919 dan mulai
mengurusi Jong Sumatra sejak 1920 hingga 1921. Selama di Jong Sumatra inilah
Hatta banyak menuangkan segenap alam pikirannya, salah satunya lewat karangan
berjudul “Hindiana” yang dimuat di Jong Sumatra no 5, th 3, 1920.
Sedangkan Mohammad Yamin adalah salah satu putra Sumatra yang paling
dibanggakan. Karya-karyanya yang berupa esai ataupun sajak sempat merajai Jong
Sumatra. Ia memimpin JSB pada 1926-1928 dan dengan aktif mendorong pemikiran
tentang perlunya bahasa Indonesia digunakan sebagai bahasa persatuan. Kepekaan
Yamin meraba pentingnya bahasa identitas sudah mulai terlihat dalam tulisannya
di Jong Sumatra no 4, th 3, 1920. Jong Sumatra berperan penting dalam
memperjuangkan pemakaian bahasa nasional, dengan menjadi media yang pertama
kali mempublikasikan gagasan Yamin, mengenai bahasa Melayu sebagai bahasa
persatuan.
3.
Perhimpunan Pelajar-Pelajar Indonesia
Perhimpoenan Peladjar-Peladjar
Indonesia (Perhimpunan
Pelajar-Pelajar Indonesia} atau (Belanda)
Indonesische Studentbond
adalah perhimpunan para pelajar Indonesia yang didirikan pada bulan September 1926 oleh para mahasiswa (Belanda) Rechts Hoogeschool
(RHS), Sekolah Tinggi Hukum dan (Belanda)
Technische
Hoogeschool (THS), Sekolah Tinggi Teknik di Jakarta.
Organisasi ini bermaksud untuk menyatukan perkumpulan pemuda yang saat itu ada
di Indonesia.
Organisasi ini sangat berpengaruh di kalangan pelajar, mengingat para
anggotanya adalah mahasiswa THS, STOVIA
dan RHS.
Organsisasi ini berpendapat bahwa persatuan Indonesia
adalah senjata yang paling kuat dalam melawan Belanda. Karena
itu, pandangan kedaerahan harus dihilangkan dengan menyatukan semua organisasi
kepemudaan yang ada di Indonesia masa itu. Selain itu organisasi ini mulai terjun
ke politik dan tidak pernah lupa untuk selalu belajar dengan rajin yang
menimbulkan adanya semboyan Berjuang
sambil belajar
4.
Jong Indonesia
Pada tanggal 31 Agustus 1926 disahkanlah anggaran dasar perhimpunan
baru yang bernama Jong Indonesia, dengan tujuan menanamkan dan mewujudkan
cita-cita persatuan seluruh Indonesia, dengan dasar nasionalisme menuju ke arah
terwujudnya Indonesia Raya. Perhimpunan ini terlepas dari semua perkumpulan
pemuda Indonesia, bersifat permanen dan diurus oleh satu komite atau dewan.
Usaha perhimpunan baru itu tidak dapat berbuah seperti yang diharapkan.
Pada awal 1927 oleh Algemene Studie Club di kota Bandung didirikan perkumpulan pemuda
yang juga dinamakan Jong Indonesia, kelak diganti dengan nama Pemuda Indonesia.
Tujuan perkumpulan ini tidak banyak bedanya dengan Jong Indonesia, hanya
susunannya berlainan, tidak berpolitik, tetapi anggota-anggota secara perorangan boleh. Ditetapkan pula bahwa
bahasa Indonesia adalah bahasa resmi. Pemuda Indonesia bukan badan pusat semua persatuan
perkumpulan pemuda.
5.
Indonesia muda
Indonesia Muda yang didirikan tahun 1930 merupakan organisasi
pergerakan politik dengan semangat Sumpah Pemuda tahun 1928. Kebangkitan
kembali organisasi Indonesia Muda tahun 1956 di Surakarta (embrio organisasi
mulai terbentuk sejak tahun 1951 di Malang) masih tetap dengan semangat Sumpah
Pemuda 1928, namun kiprahnya beralih di bidang olahraga dan kesenian. Organisasi
Sepakbola Indonesia Muda pada tahun 1957 bermarkas di Salemba Tengah, Jakarta
Pusat dan terdiri dari para pemain senior. Indonesia Muda Jakarta Selatan
dibentuk sekitar tahun 1968 yang pada awalnya dibentuk untuk mewadahi potensi
sepakbola anak usia 7 - 15 tahun atas gagasan dan upaya mantan Ketua Pengurus
Besar Indonesia Muda Seluruh Indonesia (Almarhum Drs. Soerowo Abdoelmanap dan
kawan-kawan).
Dalam Anggaran Dasar (AD) Indonesia Muda Bab V Pasal 14 menyebutkan
bahwa organisasi Indonesia Muda memiliki lambang organisasi. Hal tersebut lebih
dirinci kembali di dalam Anggaran Rumah Tangga (ART) Indonesia Muda Bab VII
Pasal 42. Dalam pasal ini disebutkan bahwa setiap Cabang dan Seksi dalam
organisasi Indonesia Muda wajib memiliki bendera Indonesia Muda. Bendera resmi
Indonesia Muda berukuran 2,40 x 1,60 meter berwarna dasar putih dengan
menempatkan lambang Indonesia Muda ditengah. Lambang Indonesia Muda adalah
gambar sepasang sayap mengapit setangkai kuncup bunga. Di atas setangkai kuncup
bunga terdapat tulisan "IM" dan pada tangkai kuncup bunga terdapat 3
buah lingkaran saling mengait. Di bawah sepasang sayap mengapit setangkai bunga
teratai terdapat selempang pita bertuliskan “Indonesia Muda”.
Berdasarkan Surat Keputusan Pengurus Besar Indonesia Muda (SKPBIM No.0028/PB-IM/10-4/1976)
yang diputuskan di Jakarta tanggal 1 Juni 1976, antara lain menetapkan lambang
yang telah ada menjadi lambang organisasi secara tetap. Sekaligus menetapkan
bentuk dan warna lambang Indonesia Muda sebagai berikut. Lambang Indonesia Muda
berwarna dasar putih, gambar sepasang sayap berwarna merah. Di antara kedua sayap terdapat
setangkai kuncup bunga berwarna hijau. Pada tangkainya terdapat tiga lingkaran berwarna
merah. Di bawah sayap tercantum tulisan Indonesia Muda dalam sehelai pita, serta
singkatan IM di atas kuncup bunga.
6.
Organisasi Perkumpulan Daerah
Setelah muncul jong jawa dan jong sumatra bond, maka bermunculanlah
organisasi lokal kedaerahan lain seperti Jong Celebes, Jong Ambon, Jong
Minahasa, dan lain sebagainya.
7.
Karang Taruna
Karang Taruna adalah organisasi kepemudaan di Indonesia. Karang Taruna
merupakan wadah pengembangan generasi muda nonpartisan, yang tumbuh atas dasar
kesadaran dan rasa tanggung jawab sosial dari, oleh dan untuk masyarakat
khususnya generasi muda di wilayah Desa / Kelurahan atau komunitas sosial
sederajat, yang terutama bergerak dibidang kesejahteraan sosial. Sebagai
organisasi sosial kepemudaan Karang Taruna merupakan wadah pembinaan dan
pengembangan serta pemberdayaan dalam upaya mengembangkan kegiatan ekonomis
produktif dengan pendayagunaan semua potensi yang tersedia dilingkungan baik
sumber daya manusia maupun sumber daya alam yang telah ada. Sebagai organisasi
kepemudaan, Karang Taruna berpedoman pada Pedoman Dasar dan Pedoman Rumah
Tangga dimana telah pula diatur tentang struktur penggurus dan masa jabatan
dimasing-masing wilayah mulai dari Desa / Kelurahan sampai pada tingkat
Nasional. Semua ini wujud dari pada regenerasi organisasi demi kelanjutan
organisasi serta pembinaan anggota Karang Taruna baik dimasa sekarang maupun
masa yang akan datang.
Karang Taruna beranggotakan pemuda dan pemudi (dalam AD/ART nya diatur
keanggotaannya mulai dari pemuda/i berusia mulai dari 11 - 45 tahun) dan
batasan sebagai Pengurus adalah berusia mulai 17 - 35tahun.
Karang Taruna didirikan dengan tujuan memberikan pembinaan dan pemberdayaan kepada para remaja, misalnya dalam bidang keorganisasian, ekonomi, olahraga, ketrampilan, advokasi, keagamaan dan kesenian.
Dalam sejarah perjuangan bangsa Indonesia, pemuda selalu menempati peran yang sangat strategis dari setiap peristiwa penting yang terjadi. Bahkan dapat dikatakan bahwa pemuda menjadi tulang punggung dari keutuhan perjuangan melawan penjajahan Belanda dan Jepang ketika itu. Peran tersebut juga tetap disandang oleh pemuda Indonesia hingga kini; selain sebagai pengontrol independen terhadap segala kebijakan yang dibuat oleh pemerintah dan penguasa, pemuda Indonesia juga secara aktif melakukan kritik, hingga mengganti pemerintahan apabila pemerintahan tersebut tidak lagi berpihak ke masyarakat. Hal ini dapat dilihat pada kasus jatuhnya Pemerintahan Soekarno oleh gerakan pemuda, yang tergabung dalam kesatuan-kesatuan aksi mahasiswa dan pemuda tahun 1966. hal yang sama juga dilakukan oleh pemuda dalam menumbangkan pemerintahan Soeharto 32 tahun kemudian. Peran yang disandang pemuda Indonesia sebagai agen perubahan (Agent of Change) dan agen kontrol social (Agent of Social Control) hingga saat ini masih sangat efektif dalam memposisikan peran pemuda Indonesia. Sebab, sebagai sebuah negara dengan wilayah yang besar dan pendidikan politik masyarakatnya yang relatif rendah, setiap pemerintahan yang berkuasa di Indonesia akan cenderung melakukan penyimpangan dalam setiap kebijakannya. Hal ini dimungkinkan karena masyarakat sebagai stakeholder Republik Indonesia secara politis belum cukup aktif dalam mengupayakan pengkontrolan terhadap kebijakan dan prilaku politik penguasanya, sehingga peran pemuda dalam hal ini menjadi sangat penting dalam menstimulus partisipasi politik rakyat dalam upaya mengontrol setiap kebijakan yang dibuat penguasa.
Karang Taruna didirikan dengan tujuan memberikan pembinaan dan pemberdayaan kepada para remaja, misalnya dalam bidang keorganisasian, ekonomi, olahraga, ketrampilan, advokasi, keagamaan dan kesenian.
Dalam sejarah perjuangan bangsa Indonesia, pemuda selalu menempati peran yang sangat strategis dari setiap peristiwa penting yang terjadi. Bahkan dapat dikatakan bahwa pemuda menjadi tulang punggung dari keutuhan perjuangan melawan penjajahan Belanda dan Jepang ketika itu. Peran tersebut juga tetap disandang oleh pemuda Indonesia hingga kini; selain sebagai pengontrol independen terhadap segala kebijakan yang dibuat oleh pemerintah dan penguasa, pemuda Indonesia juga secara aktif melakukan kritik, hingga mengganti pemerintahan apabila pemerintahan tersebut tidak lagi berpihak ke masyarakat. Hal ini dapat dilihat pada kasus jatuhnya Pemerintahan Soekarno oleh gerakan pemuda, yang tergabung dalam kesatuan-kesatuan aksi mahasiswa dan pemuda tahun 1966. hal yang sama juga dilakukan oleh pemuda dalam menumbangkan pemerintahan Soeharto 32 tahun kemudian. Peran yang disandang pemuda Indonesia sebagai agen perubahan (Agent of Change) dan agen kontrol social (Agent of Social Control) hingga saat ini masih sangat efektif dalam memposisikan peran pemuda Indonesia. Sebab, sebagai sebuah negara dengan wilayah yang besar dan pendidikan politik masyarakatnya yang relatif rendah, setiap pemerintahan yang berkuasa di Indonesia akan cenderung melakukan penyimpangan dalam setiap kebijakannya. Hal ini dimungkinkan karena masyarakat sebagai stakeholder Republik Indonesia secara politis belum cukup aktif dalam mengupayakan pengkontrolan terhadap kebijakan dan prilaku politik penguasanya, sehingga peran pemuda dalam hal ini menjadi sangat penting dalam menstimulus partisipasi politik rakyat dalam upaya mengontrol setiap kebijakan yang dibuat penguasa.
Pasca Pemerintahan Orde Baru yang dipimpin oleh Soeharto tumbang, peran
dan tanggung jawab pemuda Indonesia jauh lebih kompleks. Karena transisi
demokrasi menjadi salah satu agenda yang penting untuk dikawal. Sebagai negara
yang tengah menjalani peralihan dari negara otoriter-militeristik ke negara
yang menganut sistem demokrasi, Indonesia sangat rawan dengan konflik. Konflik
yang paling kentara adalah konflik horizontal, konflik antara masyarakat dengan
kelompok masyarakat yang lain. Selama kurun waktu dari 1998 hingga 2001,
konflik horizontal menjadi pekerjaan rumah pemerintah Indonesia, dan tentu saja
pemuda Indonesia menuntut untuk segera dicarikan solusinya. Konflik yang
terjadi di Poso, Sulawesi Tengah, Ambon, Maluku, di Kalimantan Barat dan
Tengah, serta pergolakan daerah untuk menuntut pemerintahan sendiri seperti
yang dilakukan oleh Gerakan Aceh Merdeka (GAM), dan Organisasi Papua Merdeka
(OPM), dipicu oleh ketidaksiapan elit politik yang dulu mendukung pemerintahan
Orde Baru dalam pengembangan sistem demokrasi yang menjadi pilihan rakyat
Indonesia setelah 32 tahun lebih berada dibawah bayang-bayang pemerintah
otoriter yang menindas.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari apa yang
telah dipaparkan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa:
1.
Pergerakan
nasional Indonesia muncul akibat kesatuan nasib yang ingin merdeka dan
penderitaan rakyat Indonesia akibat penjajahan Belanda.
2.
Organisasi-organisasi
pergerakan nasional muncul karena keinginan untuk memperjuangkan kemerdekaan
bagi Indonesia.
3.
Kemerdekaan
yang dicapai Indonesia saat ini tidak lepas dari perjuangan para tokoh ataupun
organisasi-orgnisasi yang meluangkan semua pikiran dan tenaganya demi sebuah
kemerdekaan Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA
- Materu, Daeng, Sidky, Mohammad. 1985. Sejarah Pergerakan Nasional Bangsa
Indonesia, “Proklamasi”. Jakarta:
Gunung Agung
- http://id.wikipedia.org/wiki/Jong_Java
- http://id.wikipedia.org/wiki/Jong_Sumatranen_Bond#Referensi
- http://id.wikipedia.org/wiki/Perhimpoenan_Peladjar-Peladjar_Indonesia
- http://books.google.co.id/books?id=ANTjlSOpK0cC&pg=PA430&lpg=PA430&d
q=organisasi+jong+indonesia&source=bl&ots=-ceK0KnATt&sig=loGeVl_WxveteL8Zb2V8xvfl3Yg&hl=id&sa=X&ei=gOd-T8eUE8zwrQfApND0BQ&ved=0CD0Q6AEwBQ#v=onepage&q=organisasi%20jong%20indonesia&f=false
·
http://organisasi.org/sejarah-awal-perkumpulan-organisasi-gerakan pemuda-indonesia-sejarah-pra-kemerdekaan-ri
Tidak ada komentar:
Posting Komentar